Tuh kan.. ada lagi cerita tambahan tentang saya dan kunci. Entah jodoh, takdir atau apa lah saya juga nggak ngerti.
Kisah ini terjadi beberapa bulan yang lalu, tepatnya Desember 2012. Saat itu saya pulang ke rumah diantar oleh sopir kantor karena saya baru saja selesai tugas luar kantor. Sudah jam 7 malam, gelap dan di jalanan rumah saya sepi banget. Setelah menurunkan saya, sopir kantor saya langsung tancap gas dan meninggalkan saya sendirian di depan rumah.
Ah itu mah sudah biasa. Dengan enteng saya ambil serenteng kunci dan mulai membuka gembok pagar. Kletak klutuk eeehhh apa-apan pula ini... kok nggak bisa sih. Saya coba lagi. Tarik, dorong, putar kanan, kiri, kunci dan gembok diadu. Copotin lagi, masukin lagi kuncinya. Kletak klutuk klotek.. 5 menit berlalu dan saya masih di depan rumah. Anjing tetangga saya mulai menggonggong. Saya melotot, dikiranya gua maling apa.
Keringat sudah mulai menetes, tas sudah saya sandarkan ke pagar. Sudah nggak kuat manggul 2 tas sambil berjibaku dengan kunci gembok. Coba lagi. Tarik, putar sana, putar sini. Tetap nggak kebuka. Sangking jengkelnya saya pukul pagarnya.
Lihat jam, hampir 15 menit saya di depan rumah dengan kondisi: capek, keringatan, marah, jari-jari pegal dan putus asa memandang kunci yang tiada kunjung dapat membuka gemboknya. Lirik kanan kiri, saya pindahkan kedua tas saya ke dalam pagar. BTW, pagar rumah saya pendek, tingginya paling 1,2 meter.
Merasa aman nggak ada yang lihat terpaksalah saya gaya koboi masuk ke pekarangan rumah dengan melompati pagar. Hupppss.. berhasil.
Saya loyo masuk ke rumah, langsung terkapar di sofa dan mulai berpikir untuk besok apakah harus melakukan yang sama atau tidak. Besok akan lebih parah, karena: 1. Pagi-pagi banyak tetangga sudah bangun dan bisa lihat saya lompat pagar. Tengsin deehhh.. 2. Besok saya harus keluar kota, berangkat dari rumah pagi-pagi menuju bandara. Kalau kondisi masih sama, berarti saya harus angkat beban eh koper itu melewati pagar. Haaayyyyaaaa. Belum lagi tas laptop dan tas selempang saya.
Setelah beristirahat sejenak, saya putuskan untuk mencoba lagi membuka gembok dengan kunci yang sudah berkhianat. Hiyaaaa tetap saja nggak bisa.
Pagi-pagi, taksi saya sudah datang. Ketika mau meninggalkan rumah, saya dengan pura-pura cuek minta bantuan si Pak Sopir untuk menahan koper yang saya angkat dari luar pagar dan bantu untuk memasukkannya ke taksi. Saya bilang saja, kuncinya lagi error, jadi nggak bisa dibuka. Setelah itu saya lompat pagar lagi deeehh.. Mungkin si sopir mikir, ini benaran pemilik rumahnya nggak yaaa.. Bodo ah, pikir saya saat itu.
Di jalan, setelah saya sudah tenang dan duduk manis di dalam taksi, saya mengirim pesan untuk Ana. Minta tolong dia untuk jaga rumah. Nggak lupa untuk lompat pagar rumah saya, masuk ke dalam rumah, mengambil uang yang selalu saya sediakan untuk jaga-jaga dan membeli kunci dan gembok yang baru.
Sore harinya, saya cek Ana lagi, apakah sudah beli kunci baru atau belum. Jawabannyaaaa.. kunci gemboknya nggak apa-apa kok. Bisa dibuka, jadi nggak perlu diganti. Haaaappaaa? What.. what...?? Gila apa ya, dasar kunci dan gembok pengkhianat. Saya buka nggak mau, eh, sekalinya sama Ana malah mau. Menyebalkkaaaaannn
Setibanya di Jakarta lagi dan sampai di rumah, saya diajarin Ana untuk membuka gembok dengan kunci yang biasa. Yang sudah saya coba hampir 15 menit itu.
Setelah diberitahu triknya, akhirnya saya bisa juga mengakurkan kunci dan gembok itu. Sampai sekarang, cuma saya dan Ana yang tahu celah dari kunci dan gembok itu.
Sampai saat ini saya masih aman, belum berurusan menyebalkan lagi dengan kunci. Jangaaannn deeehh.. Cukuppp..!!
Kisah ini terjadi beberapa bulan yang lalu, tepatnya Desember 2012. Saat itu saya pulang ke rumah diantar oleh sopir kantor karena saya baru saja selesai tugas luar kantor. Sudah jam 7 malam, gelap dan di jalanan rumah saya sepi banget. Setelah menurunkan saya, sopir kantor saya langsung tancap gas dan meninggalkan saya sendirian di depan rumah.
Ah itu mah sudah biasa. Dengan enteng saya ambil serenteng kunci dan mulai membuka gembok pagar. Kletak klutuk eeehhh apa-apan pula ini... kok nggak bisa sih. Saya coba lagi. Tarik, dorong, putar kanan, kiri, kunci dan gembok diadu. Copotin lagi, masukin lagi kuncinya. Kletak klutuk klotek.. 5 menit berlalu dan saya masih di depan rumah. Anjing tetangga saya mulai menggonggong. Saya melotot, dikiranya gua maling apa.
Keringat sudah mulai menetes, tas sudah saya sandarkan ke pagar. Sudah nggak kuat manggul 2 tas sambil berjibaku dengan kunci gembok. Coba lagi. Tarik, putar sana, putar sini. Tetap nggak kebuka. Sangking jengkelnya saya pukul pagarnya.
Lihat jam, hampir 15 menit saya di depan rumah dengan kondisi: capek, keringatan, marah, jari-jari pegal dan putus asa memandang kunci yang tiada kunjung dapat membuka gemboknya. Lirik kanan kiri, saya pindahkan kedua tas saya ke dalam pagar. BTW, pagar rumah saya pendek, tingginya paling 1,2 meter.
Merasa aman nggak ada yang lihat terpaksalah saya gaya koboi masuk ke pekarangan rumah dengan melompati pagar. Hupppss.. berhasil.
Saya loyo masuk ke rumah, langsung terkapar di sofa dan mulai berpikir untuk besok apakah harus melakukan yang sama atau tidak. Besok akan lebih parah, karena: 1. Pagi-pagi banyak tetangga sudah bangun dan bisa lihat saya lompat pagar. Tengsin deehhh.. 2. Besok saya harus keluar kota, berangkat dari rumah pagi-pagi menuju bandara. Kalau kondisi masih sama, berarti saya harus angkat beban eh koper itu melewati pagar. Haaayyyyaaaa. Belum lagi tas laptop dan tas selempang saya.
Setelah beristirahat sejenak, saya putuskan untuk mencoba lagi membuka gembok dengan kunci yang sudah berkhianat. Hiyaaaa tetap saja nggak bisa.
Pagi-pagi, taksi saya sudah datang. Ketika mau meninggalkan rumah, saya dengan pura-pura cuek minta bantuan si Pak Sopir untuk menahan koper yang saya angkat dari luar pagar dan bantu untuk memasukkannya ke taksi. Saya bilang saja, kuncinya lagi error, jadi nggak bisa dibuka. Setelah itu saya lompat pagar lagi deeehh.. Mungkin si sopir mikir, ini benaran pemilik rumahnya nggak yaaa.. Bodo ah, pikir saya saat itu.
Di jalan, setelah saya sudah tenang dan duduk manis di dalam taksi, saya mengirim pesan untuk Ana. Minta tolong dia untuk jaga rumah. Nggak lupa untuk lompat pagar rumah saya, masuk ke dalam rumah, mengambil uang yang selalu saya sediakan untuk jaga-jaga dan membeli kunci dan gembok yang baru.
Sore harinya, saya cek Ana lagi, apakah sudah beli kunci baru atau belum. Jawabannyaaaa.. kunci gemboknya nggak apa-apa kok. Bisa dibuka, jadi nggak perlu diganti. Haaaappaaa? What.. what...?? Gila apa ya, dasar kunci dan gembok pengkhianat. Saya buka nggak mau, eh, sekalinya sama Ana malah mau. Menyebalkkaaaaannn
Setibanya di Jakarta lagi dan sampai di rumah, saya diajarin Ana untuk membuka gembok dengan kunci yang biasa. Yang sudah saya coba hampir 15 menit itu.
Setelah diberitahu triknya, akhirnya saya bisa juga mengakurkan kunci dan gembok itu. Sampai sekarang, cuma saya dan Ana yang tahu celah dari kunci dan gembok itu.
Sampai saat ini saya masih aman, belum berurusan menyebalkan lagi dengan kunci. Jangaaannn deeehh.. Cukuppp..!!
0 komentar