(Sweet) Hotels

Sebagai prajurit dan salah satu anggota pasukan garda terdepan di perusahaan, saya harus mau dan dengan paksa rela harus pergi bertugas ke luar kota. Pastinya perusahaan nggak mau membuat saya terlunta-lunta di kota lain, untuk itu saya berkesempatan untuk meniduri eh menginap di berbagai hotel selama perjalanan saya.


Bisa saja dalam satu perjalanan saya menginap sekamar dengan rekan saya (pasti cewek dong), nggak jarang saya menginap sendirian. Tergantung nasib deh. Paling sering saya menginap di Bandung. Agak ironis memang, secara saya pernah tinggal 4 tahun lamanya di kota ini. Tapi 3 bulan terakhir saya nggak bedanya kayak setrikaan bolak balik menginap di beberapa hotel di Bandung. Yuk bareng-bareng kita cek di hotel mana saja saya pernah numpang tidur.

1. Hotel Majesty
Terletak di Jl. Surya Sumantri Bandung, tinggal loncat aja kalau mau ke Universitas Maranatha. Ada juga sekolahan di deretannya. Termasuk hotel yang terletak di daerah macet. Mau makan malam kena macet, mau jalan-jalan kena macet, mau jalan kaki muka udah item semua gara-gara asap knalpot. Jadi kalo mau jalan-jalan dan tetap cantik, harus mau berkorban capek hati kena macet. Mengenai hotelnya, sebenarnya bukan hotel saja karena ada beberapa lantai yang diperuntukkan apartemen. Nah banyak mahasiswa kampus sebelah yang tinggal di apartemen ini. Petugas hotel cukup ramah, sering digodain rekan saya dan mau juga digodain (ngasal.com). Untuk kamar.. nah ini dia.. karena saya bertubuh semok (seksi montok dong.. ogah menyebut diri sendiri ndut) .. harus mau terima keadaan kamar mandinya yang super imut. Buka kamar mandi, langsung tersaji toilet (ini saya belum melangkahkan kaki ke dalam kamar mandi lohh.. masih di luar kamar mandi). Melongok ke kanan, akan terlihat shower dan area untuk mandi ini paling cuma berukuran sekitar 1 x 1,5 m. Si toilet tadi diberi tanda area kering yang nggak mungkin kering secara ketika saya mandi, air bisa sampai ke depan pintu dan membasahi seluruh toilet. Ketika saya duduk di toilet maka dengkul saya akan membentur pintu. Kalau saya menggunakan handuk dan berganti pakaian di dalam kamar mandi yang terjadi adalah memar-memar sedikit di tangan karena terbentur dinding-dinding kamar mandi super imut.
Kalo tempat tidurnya standar lah, karena saya masih bisa tidur nyenyak dan mimpinya nggak aneh-aneh kok. Beberapa kali saya menginap di sini, kadang sendiri kadang berdua aman-aman saja.Suatu kali ada seorang rekan saya beda perusahaan menanyakan di lantai berapa saya menginap. Dengan polos saya jawab lantai 6. Trus dia ngomong,"Wah untung di lantai 6. Hati-hati di lantai 7 karena ada yang 'gangguin'..Hiiyaaa.. saya yang aslinya penakut langsung berdoa moga-moga nggak akan sendirian kalo menginap di sini lagi.

2. Apartemen dan Hotel Grand Setiabudhi
Kadang saya menyebutnya apartemen kadang hotel, tergantung mood deh. Tapi memang bangunan ini selain untuk hotel juga untuk apartemen. Letaknya di Jl. Setiabudhi no 130-134. Dekat sekali dengan Bank BCA (jadi kalo mau ngambil uang gampang). Nanjak sedikit ke arah Lembang, ada pertokoan Borma. Tempat favorit saya untuk belanja cemilan, makan atau hunting perlengkapan komputer selama menginap. Harga di Borma lebih rendah dibanding tempat lain .. saya beli laser pointer merek Logitech R400 yang kalo di luaran bisa Rp 500rb-an saya beli Rp 470rb-an.
Balik lagi ke hotel Grand Setiabudhi ini, nah ternyata hotel ini satu group dengan Majesty jadi untuk kamar mirip-mirip lah. Interior ruangan lebih menarik, kamar mandi lebih besar (sedikiiiitttt), makanan lebih enak. Fasilitas standar lah. Ada kolam renang, ruang fitness, jogging track mini. Pernah saya menginap dapat kamar yang benar-benar kayak kamar hotel. Masuk langsung ada kamar tidur, TV, kamar mandi, pantry dan sebagainya. Pernah juga saya dan tim mendapatkan yang modelnya apartemen dan connecting door. Jadi saya bisa ngobrol lebih enak dengan rekan saya di kamar sebelah. Nah untuk yang kamarnya model apartemen biasanya di lantai yang tinggi, saya pernah dapat di lantai 10, kadang di lantai 12. Masuk kamar, yang terlihat adalah meja makan, pantry dan minimal ada 2 pintu lainnya. Ada pintu yang kamar mandi, pintu ke lobby (biasanya kunci tidak diberikan, mungkin untuk menghindari bunuh diri yaaaa), pintu menuju kamar tidur. Nah barulah di kamat tidur ada TVnya, dan bisa saja dapatnya twin sharing. Tapi teman saya pernah dapat yang di luar ada TVnya sedangkan di dalam kamar cuman ada tempat tidur dan lemari.
Terakhir kali saya menginap di sini (lantai 12), sebenarnya saya tidak mengalami kejadian yang aneh-aneh. Malahan teman sekamar saya yang 'digodain'. Waktu tidur dia merasa ada yang narik-narik selimutnya, waktu buka mata sekilas dia lihat ada anak kecil yang langsung kabur. Trus dia juga ngerasa ada yang lari-lari di atas tempat tidur saya dan dia. Whhhuaaahhh.. Pas dia cerita, rekan saya yang di kamar sebelah malah nambahin kalo malamnya dia meletakkan buku-buku dalam kondisi berdiri dan dijejerkan. Eh pas paginya buku-bukunya sudah berantakan di meja, padahal kalo jatuh pun harusnya ke samping tidak ke depan. Akhirnya kami sepakat, next time menginap pilih kamar nggak lebih dari lantai 5. Hffuuhhh.

3. Grand Seriti Hotel
Terletak di Jl. Hegarmanah. Dari arah Setiabudhi turun, ketemu Rumah Mode di kanan jalan, masih turun ketemu Setiabudhi Supermarket dan Kiosk, dan di depan sedikit ada tulisan SECAPA AD, nah langsung belok kiri, jalanannya menanjak sekitar 50 m ketemu deh sisi kiri Grand Seriti Hotel. Disebut-sebut sebagai Hotel Butik. Kamarnya nggak sebanyak hotel-hotel lain dan terbilang baru juga. Uniknya hotel ini berdiri di tanah yang konturnya nggak rata. Akhirnya, kalo saya menginap di Wing A Lt. 3 dan ruang pertemuan saya di Wing B di lt. 2 maka saya harus turun lift dulu ke lt. 2, keluar lift, jalan dulu baru menggunakan lift di Wing B ke lt. 2. Seru kan.. Waktu awal menginap saya sering disorientasi, kalo sekarang sedikit jago lah.. nyasarnya nggak sering hehehe. Desain hotelnya menarik, hiasan bunga hidupnya keren-keren. Untuk kamar, lumayan cozy. Ada meja kecil untuk makan, ada sofa, pantry dan tempat tidurnya dipenuhi bantal. Bantalnya aja udah segede gaban.. bisa jadi guling deh, trus ditambah ada bantal kecil lagi kayak bantal sofa. So.. kalo saya tidur, pasti si bantal kecil udah kesepak kemana tau. Yang sering saya prihatinkan adalah pintunya. Karena berat, pintu kamar sering berdebum cukup keras setiap pintu menutup. Nah, pernah satu kali saya menginap (sendirian) dan di depan kamar saya persis adalah kamar bos besar saya. Keesokan harinya saya diinterogasi, kemarin malam kemana aja, pulang jam berapa, kok malam-malam pintu berdebum terus. Waaaa.. saya disangka pulang malam gara-gara dugem.. padahal itu tetangga sebelah kamar. Nassssiiibbbb...
Walau begitu, kalo menginap di hotel ini, saya bisa jalan-jalan ke FO sebelah hotel 'The Wooden'. Bajunya lumayan oke kok, trus kalo mau belanja bisa ke Setiabudhi Supermarket yang cuman 5 menit jalan kaki. Kalo lapar tinggal pilih makanan di Kiosk (atasnya Setiabudhi Supermarket) atau ke restoran di sepanjang jalan Setiabudhi. Yang betenya, kalo saya jalan kaki keluar untuk jalan-jalan, saya tinggal nggelinding aja (jalannya menurun sih) tapi kalo pulang dan saya bawa tentengan belanjaan, saya harus menanjak dan sampai di hotel saya ngos-ngosan dan kadang lapar lagi (alasaaaannnn).


4. Aston Primera Hotel
Wah.. mengenai hotel ini, saya entah beruntung atau terjebak ya bisa menginap selama 9 hari di sini. Terletak di Pasteur dan nggak begitu jauh dari pintu tol Pasteur. Hotel bintang 4, baru grand launching dan setiap kali lewat hotel ini, bos saya sering banget mengutarakan pengen nginep di sini. Ehh.. malah kejadiannya saya sendiri yang menginap karena tugas yang sebenar-benarnya saya hindari tapi malah kecemplung. Hotelnya keren.. desainnya bagus dan makanannya ueenaaak.. Macamnya banyak. Eh.. saya ngomongin makanan waktu breakfast ya. Cuman, saya pernah sekali pesan Iga Bakar sebagai menu makan malam (gaya dikit dong). Harga tercantum Rp 60rb ditambah pajak jadi sekitar Rp72rban. Saya kira keciiill dan standar ternyatttaaa.. guuuueeeddddeee baaaannnngggeeet dan ueeeennnnaakk.. mantap deh...Rasanya nggak nyesal ngeluarin uang segitu untuk makanan enak dan bikin perut saya makin buncit.
Mengenai kamar, interiornya lumayan, sayang tidak ada karpet jadi sering saya kedinginan menginjak lantainya. Nah.. yang membedakan dengan hotel lain, di Aston ini dilengkapi dengan IPTV. Jadi di layar TV langsung tertera nama saya; trus ada pilihan menu. Menu hotel, menu radio, menu internet (ini harus bayar Rp 35rb all day atau Rp 10rb per jam), menu ambience, menu channel TV, menu film-film baru yang bisa kita pesan tapi harus bayar. Menggunakan remote atau wireless keyboard untuk memilih menu. Keren kan.. Sayang sekali kadang, si remote terlalu sensitif sehingga IPTVnya jadi sedikit ngaco. Saya sampai beberapa kali manggil bagian Engineering untuk membantu saya yang gaptek ini. Hehehehe.

Yang saya nggak suka dari hotel ini adalah karena lokasinya yang benar-benar dekat jalan raya yang rameeeee.. Mobil-mobil yang melintas pada kenceng-kenceng sehingga saya harus ekstra hati-hati kalo menyebrang. Takkuuuttt...



5. Aston Tropicana Cihampelas
Kalo hotel ini sama-sama group Aston, lokasinya aja yang beda. Di Cihampelas euy, berdekatan dengan McD, Xtrans dan berpuluh-puluh toko. Kamarnya oke, makanannya oke, ambiancenya oke cuman harganya yang nggak oke untuk meeting. Hehehe. Entah karen promosi atau karena sales-nya lagi murah hati, kami dapat paket meeting lumayan waktu itu di sana. Ruang meetingnya juga oke. Yang paling menyenangkan tentu saja setelah meeting, karena kami dapat jalan kaki menelusuri Cihampelas, bisa nonton di Ci-Walk, belanja oleh-oleh makanan atau baju. Lumayan lah untuk gadis pinggiran kota seperti saya bisa menginap di hotel ini. Hihihi.

Kesimpulannya:
1. Hati-hati kalo menginap di hotel, apalagi kalo sendirian. Ada aja yang nggangguin, bisa si 'tak kasat mata' atau si bos di depan kamar kita.
2. Carilah spot-spot asyik di sekitar hotel sebagai pelarian kalo bosan di kamar hotel.
3. Seenak-enaknya hotel, lebih enak kalo di rumah sendiri. Hehehehe

You Might Also Like

1 komentar