Setiap orang pasti mengalami pengalaman konyol dalam hidupnya. Setidaknya satu atau dua kali. Konyol di sini maksudnya pengalaman yang keluar dari tataran normal, aneh, absurd, kadang menyebalkan, kadang menggelikan.
Pengalaman konyol saya cukup banyak, kalau dipikir-pikir lagi. Bukan karena saya suka, tapi kondisi dan semesta mendukung. Halaaah.
Mau contoh?
Oke, coba saya kilas balik pengalaman-pengalaman aneh berkaitan dengan pesawat.
Tahun 2007, saya pertama kali ke luar negeri, tepatnya ke Malaysia saat itu. Bersama teman-teman kantor, kami bernorak ria di KL selama 3 hari. Dan masih aman. Tidak ada kejadian apa pun.
Hari terakhir yang penuh hiruk pikuk, kami tertawa-tawa senang menuju bandara. Teman saya dengan sigap mengawal kami semua untuk group check-in. Saya yang masih cupu, ikut arus saja.
Selesai check-in, saya dan beberapa teman masih ingin jalan-jalan untuk belanja di toko-toko yang ada di sana. Dan setelah beberapa saat kami semua memutuskan untuk makan di McD.
Lagi asyik-asyiknya makan, sambil haha hihi, tiba-tiba ada petugas bandara yang mendekati kami dan bertanya, "Are you going to Jakarta?". Kami serentak menjawab," Yessss." Dan dia bertanya lagi tentang no flight kami. Dan salah satu teman saya menyebutkan no flight kami.
Tahu-tahu, dia bicara dengan seseorang melalui walkie talkie yang dipegangnya, "I found them. All of them." Kami bengong karena nggak ngerti.
Ternyata pesawat kami sudah mau jalan dan petugas sudah cari-cari kami karena belum muncul di dalam pesawat.
Paniklah kami, terutama saya yang (sekali lagi, masih cupu dan lugu) baru pertama kali ke luar negeri.
Kami pun berlarian, digiring sama petugas bandara dan sempat mendengar para petugasnya ngomongin kami. Ups. Meneketehe kalau ternyata kami sudah harus boarding dan masuk ke pesawat.
Sampai di atas pesawat, semua penumpang sudah duduk rapi dan beberapa orang melototin kami yang berenteng-renteng masuk dan tersipu-sipu malu, menundukkan kepala dan terus berjalan sampai ujung pesawat mencari tempat duduk kami. Menghempaskan badan di kursi pesawat, saya berpandangan dengan teman saya dan kami pun terkikik geli mengingat kejadian barusan. Nggak berapa lama, pesawat pun take off.
Tahun 2009
Waktu itu saya berkesempatan untuk ke Vietnam, tepatnya ke Ho Chi Minh alias Saigon. Ini kunker. Tsaaaah, DPR banget ya. Saya dan 4 orang teman saya ditugaskan untuk benchmarking ke kantor yang di sana.
Jiwa si bolang saya langsung tersulut. Moga-moga bisa jalan-jalan.
Keberuntungan ada di pihak saya.
Ternyata teman saya punya teman asli orang Vietnam yang dengan suka rela meminjamkan mobil plus karyawannya untuk membawa kami jalan-jalan dan beli oleh-oleh (wajib ini kalau mau aman di kantor) di hari terakhir di sana.
Kami pun mengambil trip singkat ke Qu Qi Tunnel tempat persembunyian tentara Vietkong sebelum penerbangan di malam hari.
Ternyata oh ternyataaaa...
Lokasinya jauh maaan dari HCM.
Balik dari lokasi di sana udah sore banget dan maceeeet. Kami masih harus beli oleh-oleh dulu. Dan ini adalah belanja oleh-oleh tercepat yang pernah dilakukan. Cuma 15 menit.
Kami masih harus ambil koper di hotel. Dan jalanan maceeet.
Baru sekali ini, saya dan teman-teman packing di mobil. Beneran buka koper, jungkir balik atur isinya, masukin oleh-oleh, kunci koper rapat-rapat. Semua dilakukan dalam mobil yang isinya cewek semua dengan koper gede-gede. Riwuuuh.
Tiba di bandara, kami lari cari trolley dan lokasi check-in. Eeekkk, loketnya tutup.
Yaaah...
Teman saya langsung merayu petugasnya biar kami bisa check-in. Si petugas super kesal melihat kami dan marah-marah, ngomelin keterlambatan kami dan terus merepet. Tapi kami bisa check-in. Yesss. Itu yang penting. Saya dengar petugasnya ngomong, "Don' you ever do this again. You should be here 2 hours ago. Remember, this is international flight. You have to obey the rule."
Duh, sengitnya.
Kami mengangguk-anggukkan kepala dan mengucapkan, "Sorry", berulang kali.
Setelah lolos dari sana, di boarding room, kami becanda. "Hehehe, kita nggak akan lakukan lagi di Vietnam, but we maybe will do it again in other country." B a n d e l...
Tahun 2014
Tepatnya bulan Maret, saya berdua dengan teman satu tim dapat mandat untuk belajar dari kantor Jepang. Ya seneng lah.. saking senengnya saya nggak cek ulang untuk penerbangan pulang kami nantinya. Pokoknya diatur semua sama bagian GA, dan kami cuma pesan, jangan terlalu pagi penerbangannya biar nggak keburu-buru ke bandara Narita. Eh, ternyata oh ternyata pesawat kami Phillipines Air, dan bakalan transit di Manila sebelum lanjut ke Jakarta. Yo wisss nggak apalah.
Pas udah di pesawat, kami berdua baru ngeh, pesawatnya kok 'begini' amat ya. Kuecil, nggak ada TVnya (penting ini) trus pramugarinya gualaaaak. Mantaps lah.
Ketika kami sibuk ngomongin tentang pramugarinya, eh tetiba ada yang noleh ke bangku kami dan langsung ngajak omong,"Orang Indonesia yaaa?" Hehehehe, ternyata ada Mas-mas yang orang Indonesia yang duduknya di depan kami dengerin obrolan kami dari tadi. Kenalanlah kami dan lumayaaan, dapat teman baru.
Setelah penerbangan berjam-jam tibalah kami di Manila. Entah kenapa, tiba-tiba, keluar dari pintu pesawat sudah ada petugas yang nungguin kami. "Jakarta?" Tanyanya. "Iyeeessss," jawab kami kompak. Kami di sini ini maksudnya bertiga sama Mas Ucup yang baru kenalan di pesawat. Langsung si petugas ngomong,"Follow me. We have to hurry. You're late already." Ehhh, maksudnya apa nihhh..
Jadilah kami berlari-lari dari satu gate, melintasi orang-orang yang lagi diperiksa, pindah ke petugas lain, lari-lari lagi bersama petugas yang lain dan menerobos kerumunan orang untuk ke gate pesawat yang ke Jakarta. Si petugas sambil teriak-teriak,"Let them through. Their plane has been waiting..."
Ya ampyuun, ternyata pesawat dari Narita telat mendarat, dan pesawat transit kami yang menuju Jakarta udah mau berangkat. Mana kami tahuuuu kalau kami telat? Kan bukan salah kami.
Masuk dalam pesawat, semua orang sudah duduk manis di kursinya masing-masing dan menatap kami. Mungkin di benak mereka ngomongnya begini naah ini dia yang bikin pesawatnya nggak terbang-terbang dari tadi...
Duduk di kursi, kami bertiga nyengir. Yah, nggak sempat transit dan lihat suasana bandara di Manila nggak apalah. Yang penting nggak ketinggalan pesawat.
Tahun 2015
Sebagai prajurit, saya dan teman bernasib harus ke luar kota untuk kunjungan cabang. Maksudnya sih biar koordinasinya makin cakep. Jangan kira kunjungannya lama kayak kunker DPR loh.. Berangkat dari Jakarta pakai pesawat pagi ke Surabaya dan balik lagi ke Jakarta pakai pesawat sore. Gaya bener yaaa..
Ketika sore hari, di bandara, teman saya dan saya memisahkan diri dari atasan kami. Alasannya kami pengen ngobrol alias bergosip. Hehehe biasalah. Kami duduk agak jauh dari atasan kami di boarding room. Lagi asyik-asyiknya ngobrol kami nggak ngeh kalo atasan kami udah nggak ada di ruangan tersebut.
Eh tiba-tiba ada petugas di pengeras suara yang menyebutkan nama kami. Lengkap.... Ternyata kami sudah harus masuk pesawat dari tadi dan yang ketinggalan cuma kami berdua. Huahahahaha, langsung kami lari-lari menuju petugas yang sudah nungguin dari tadi. Pas di dalam pesawat, orang-orang masih sibuk beresin bawaan masing-masing. Ketika mendekati tempat duduk kami, atasan kami nanya,"Kemana aja kalian? Kok baru muncul?"
Sambil nyengir kami bilang kami nggak ngeh kalau sudah harus masuk pesawat.
Ada lagi kejadian yang lebih parah. Oknumnya ya saya, teman saya yang kunjungan ke Surabaya yaitu Mbak Ciska dan Ocha, tim saya. Kami ada acara di Surabaya dari pagi sampai siang dan malamnya dijadwalkan balik ke Jakarta.
Karena kalau ada acara di luar kota selalu padat dat dat, jarang sekali ada kesempatan untuk jalan-jalan keliling kota. Nah, Ocha punya keinginan untuk setidaknya lihat mana sih yang namanya Jembatan Suramadu. Setelah membuat kesepakatan dengan tim di Surabaya dan Mbak Ciska yang masih ada kerjaan di kantor Surabaya, saya dan Ocha pun jalan-jalan ke Jembatan Suramadu yang kesohor itu. Nggak disangka-sangka jalanan macet luar biasa dan kami hanya lewat jembatannya, putar balik dan kembali ke kantor karena waktu sudah sangat mepet untuk ke bandara.
Mbak Ciska sudah bolak balik nelpon nanyaim posisi kami di mana. Saya sudah bolak balik juga usaha web check in, yang ternyata gagal karena terlalu mepet.
Ketemu Mbak Ciska di kantor, kami langsung pontang panting masukin barang ke mobil dan minta sopir yang mengantar untuk ngebut biar nggak telat. Eh, jalanan malah macet nggak kira-kira. Semua panik! Saya sempat ngomong, kalau pahit-pahitnya kami akan ketinggalan pesawat dan beli tiket baru. Tapi kami masih optimis dan tetap mau usaha. Usaha lari ke counter check in dan bujuk petugasnya.
Benar loh. Sampai di bandara, kami bertiga lari sambil ngepot-ngepot ke counter untuk check in. Celakanya, petugasnya nolak kami karena telat. Sudah ditutup lima menit yang lalu. Whaaaattt?
Kami diimbau untuk ke bagian customer service. Tiba di customer service, kami bertiga mengeluarkan jurus rayuan untuk diperbolehkan check in. Dan gagal. Gagal total pemirsa. Good bye pesawat. Kami ditinggal...
Terpaksalah kami beli tiket baru dan nunggu sekitar 1 jam lagi. Dan saya pun minta maaf sama Mbak Ciska yang harus terlambat gara-gara ulah kami.
Kali ini saya jera. Nggak mau mepet-mepet lagi ke bandara. Kapok ah...
Tapi.. tapi di dalam pesawat, kami tertawa-tawa geli mengenang kebodohan kami. Yah, selalu ada pembelajaran dalam setiap kejadian dan kalau dikenang lagi, selalu ada bagian-bagian yang lucu kok. Optimislah. Hidup ini memang penuh warna, walau sering konyol juga.