Warna-warni Traveling

Banyak hal dapat terjadi saat traveling, dari kejadian yang menyenangkan, lucu, menyebalkan, hingga yang menyedihkan.
Mungkin itu yang membuat banyak orang mengatakan,"it's not about the destination, but the journey itself that matters."
Kalau berdasarkan pengalaman saya, benar juga. Kadang nggak melulu tentang destinasi perjalanan tapi apa yang terjadi selama perjalanan itu yang bikin traveling lebih berwarna.
Nggak percaya? Nih, ada kumpulan beberapa pengalaman saya selama traveling. Silakan baca, jika suka teruskan baca sampai habis, kalau nggak suka, mbok ya dibaca juga siapa tahu bermanfaat….

No Handphone, No Problem
Setelah beberapa hari di Vienna, saya baru tahu kalau setiap hari Kamis toko-toko akan buka lebih lama dan tutup sekitar pukul 7-7.30 malam. Di hari lain sebagian besar toko sudah tutup dari pukul 4.30 atau 5 sore. Jadi, setelah selesai mengikuti one day trip di Bratislava, saya dan Eka memutuskan untuk berbelanja di daerah sekitar St. Stephen's Cathedral. Setelah bolak balik masuk ke pertokoan, belanja titipan teman dan oleh-oleh untuk keluarga, kami memutuskan untuk masuk ke Billa, semacam Seven Eleven atau Circle K kalau di sini. Tujuannya tentu untuk beli coklat yang harganya kalau di sana asli murce merice. Pas di kasir, saya mau ambil dompet di ransel dan mendapati kalau kantong depan ransel saya terbuka dan pas saya cek, HP saya nggak ada. 
Whooaaa, HP saya hilang. Saya cek lagi dan lagi, bongkar semua isi ransel dan it's goneeee. Sempat panik sebentar walau akhirnya Eka menyarankan untuk kami menenangkan diri dengan makan dulu. Eh bener, setelah menikmati seporsi Schnitzel, sebotol bir dan sebotol air mineral, saya mulai bisa berpikir lebih jernih. 

Fakta pertama HP saya hilang, fakta kedua saya hanya punya modem wifi tanpa ada HP, fakta ketiga saya akan melanjutkan perjalanan sendiri ke Ceko dan Polandia selama kurang lebih seminggu. Mantaaps. Fakta lain, semua dokumen yang dibutuhkan untuk perjalanan dari tiket-tiket kereta, lembaran bukti booking airbnb, hostel, perjalanan ke Auschwitz dan tiket pulang sudah saya print semua. Jadi untuk akomodasi dan transportasi aman. Yang nggak aman itu komunikasi dengan keluarga dan posting foto untuk eksis. (Ini penting). Setelah melihat wajah saya yang memelas, lepek dan nggak jelas, Eka kasihan juga dan memutuskan untuk meminjamkan saya iPad kepunyaanya. Walaupun ternyata si iPad nggak bisa digunakan untuk WA, nggak ada games dan musik. Totally a plain iPad. Tapi bisa saya gunakan untuk browsing dengan disambungkan ke modem wifi saya. Saya bersyukur punya teman baik yang mau minjamin iPad untuk memastikan saya aman-aman saja dan meminta saya untuk posting di FB secara berkala agar dia dan rekan yang lain tahu kalau saya masih hidup. Hehe..

Waktu di Bratislava, beberapa jam sebelum HP hilang

The status is…
Kasih saya peta, pasti saya bisa baca dengan baik. Lain soal kalau membandingkan peta dengan jalan yang sebenarnya. Kenyataan memang tidak seindah peta, dan ini yang bikin saya dan Olivia sering nyasar selama kami traveling bersama. Entah mencari jalan, bangunan atau sekedar halte bis untuk turun. Saat itu di Macau dan kami sudah kemalaman, udah capek dan ingin segera pulang ke hotel. Setelah ditolak taksi, kami memutuskan untuk naik bis. Masalahnya, kami nggak tahu pasti harus turun di mana. Sambil melihat-lihat peta dan mereka-reka perhentian bis mana kami akan turun, kami juga sempatkan untuk memperhatikan orang-orang yang ada di bis saat itu. Ada sepasang muda-mudi yang asyik banget bercanda, terlihat mesra apalagi si ceweknya dempel-dempel dan gelendotan sama si cowok. Kami beranikan untuk nanya ke si cowok mengenai alamat hotel kami. Eh dia langsung semangat jawab,"No worries. You can get off the bus with me since it's near to my destination. I will guide you." Waah, semangat lah kami mendengar kata-kata itu. Kami pun mulai membuka percakapan dengan si cowok dan eh, si cewek mulai merasa tersaingi dong, dia semakin dempel-dempel dan ngajak si cowok ini ngobrol. Nggak tahunya, di beberapa perhentian bis berikutnya si cewek turun. Setelah bis berjalan lagi, saya iseng tanya ke cowok itu,"So, that's your girlfriend, huh?" Dalam split seconds dia langsung jawab,"Nooo, she's not. She's only a friend." Eh. Serius nih.. Dari tadi peluk-pelukan, becanda, pegang-pegangan tangan, jadinya cuman friendzone? Duuuh…
Iniiih, taman yang kami cari-cari waktu pulang kemalaman ituuuuh

Mau nggak?
Sudah hampir pukul 10.30 malam, mall sudah tutup, bis hop on hop off yang mengantarkan kami kembali ke hotel di daerah Waikiki sudah nggak beroperasi. Terpaksalah saya dan Bou Betty menggunakan taksi untuk balik ke hotel. Untungnya jarak hotel dengan mall nggak terlalu jauh, paling sekitar 20 menit dengan taksi. Sopir taksi yang mengantarkan kami orang Samoa. Seperti di film-film dan serial TV yang menampikan orang Hawaii, badannya gede banget. Sepanjang perjalanan saya ngobrol asyik dengan Bou dan tiba-tiba si sopir nyela,"So where are you from?" Setelah dijawab dari Indonesia, dia makin sok akrab. "I really like tourists from Asia, especially women from Indonesia." Ehhh, apa-apaan sih nih sopir..
Dia masih lanjut,"So… actually I'm looking for a wife. If you are interested in…" Whaaatttt? Saya dan Bou Betty langsung bengong. Untung taksi kami sudah memasuki lobby hotel. Kami pun cepat-cepat bayar argo dan keluar dari taksi itu. Eh, dia malah masih dengan kalem dan senyam senyum ngomong,"Yeah, I really mean it girls." Aseeemmm, malam-malam malah ditaksir sama cowok Samoa.
Salah satu bis hop on hop off yang disediakan untuk turis

Sleeping is good for your health
Saya suka banget tidur dan bisa dengan mudah tidur di mana saja, kapan saja. Apalagi kalau kondisi badan lagi capek. Contohnya waktu saya jalan-jalan ke Bangkok bersama Era. Malam hari kami niat untuk nonton Spiderman yang dibintangi Andrew Garfield dan Emma Stone. Nontonnya pun ambil yang 4DX di Paragon Cineplex, keren kaaan. Di dalam bioskop, tempat duduknya nyaman, film sudah mulai, Spiderman beraksi dan tiba-tiba baru sepertiga jalan saya ketiduran. Bangun-bangun Mbak Gwen sudah mati. Laaah, ini namanya numpang tidur di bioskop.

Kejadian yang sama terjadi lagi waktu saya dan rekan-rekan memutuskan untuk nonton pertandingan basket NBA sewaktu kami ada di Atlanta. Kapan lagi, gituu. Sudah semangat sekali menonton basket dengan bekal air mineral, snack dan siap untuk memberi semangat kepada tim tuan rumah. Ehmm, setelah paruh pertama, saya nggak kuat dan tertidur walau Cuma beberapa menit. Ketika pertandingan selesai, saya ngomong ke Pak Adam dengan sedikit malu,"Pak, sebenarnya tadi saya nggak kuat banget, setelah  break dan masuk ke paruh kedua, saya malah sempat ketiduran." Jawaban Pak Adam nggak disangka-sangka,"Saya juga, ngantuk banget tadi, masih jetlag sih. Jadi sempat ketiduran juga." Hehehe, ternyataaaaa…
Nonton beginian aja bisa bikin saya ketiduran. Duuuh..

Dikirain couple
Saya lagi asyik minta difotoin sama Eka di dalam St. Stephen's Cathedral yang memang cantik banget. Tiba-tiba ada seorang India yang mendekati kami dan minta tolong untuk difotoin. Setelah beberapa pose yang dia approved, dia menawarkan untuk gantian fotoin kami berdua. Dengan refleks kami langsung berdiri berdekatan dan difoto. Sempat ngobrol-ngobrol sebentar dengan si Bapak ini yang tinggal di Amerika, berdarah India dan sedang tugas kantor di Vienna. Ujung-ujungnya dia mengira kami couple atau pasangan yang langsung disambut ketawa geli kami berdua. Setelah dia pergi, kami langsung cek foto hasil jepretan si bapak tadi. Sambil nyengir kami berdua ngomong,"Ini foto harus dihapus bisa bikin bencana kalo tetap ada di HP kita. Huahahaha." Fotonya memang asli keliatan kayak couple. Hehehe, karena HP saya hilang, jadi memang sudah tidak ada bukti lagi tentang foto itu, jadi amanlah, tidak bisa digunakan untuk bribery. Hihi..
Sesaat sebelum dikira couple

Nego ala Tarzan
Nggak bisa bahasa suatu negara bukan berarti nggak bisa nego dan belanja ya. Malah di situ seninya. Membuat si lawan bicara memahami permintaan kita. Bou Betty dan saya naksir tas, yang bahannya mirip dengan tas-tas Cath Kidston dan digelar di lapak si Bapak tua di Shilin Night Market, Taipei. Nego berlangsung lama dan  alot. Si Bapak tua nggak mau nurunin harga dan kami juga nggak mau bayar dengan harga yang dia minta. Berawal dengan menggunakan bahasa Inggris, dilanjutkan dengan ngomel-ngomel pakai bahasa Cina (si Bapak tua) dan bahasa Indonesia (Bou dan saya), hingga pakai bahasa tubuh dengan gesture jari dan wajah super ekspresif kami. Sampai akhirnya yang keluar adalah bahasa kalkulator kepunyaan si Bapak tua. Singkat cerita, kami sepakat dengan harganya setelah nego gaya kalkulator. Tapi secepat itu juga si Bapak tua mengusir kami dengan  mengayun-ayunkan tangannya dan ngomel-ngomel pakai bahasa Cina, yang jelas tidak kami mengerti. Nggak apa lah, dia marah, kami dapat barang.

 Force of nature
Penerbangan menuju dan dari Bhutan saat ini masih sangat terbatas dan hanya dilayani oleh dua maskapai yaitu Bhutan Airlines dan Royal Bhutan Airlines (atau dikenal dengan Druk Air). Sayangnya belum ada penerbangan langsung dari Indonesia ke Bhutan, jadi kalau mau ke sana harus melipir ke Bangkok untuk transit dan lanjut ke kota Paro di Bhutan. Bahkan dari Bangkok ke Paro atau sebaliknya pun masih harus transit kurang lebih selama 20-30 menit di Kolkata atau di Guwahati.

Hari Minggu di bulan Maret, saya dan Radit sudah memiliki jadwal penerbangan dari Paro ke Bangkok dan lanjut dengan Garuda dari Bangkok ke Jakarta di hari yang sama. Hujan deras dari pagi di Paro, pegunungan terlihat berkabut ketika kami tiba di Paro International airport. Penerbangan kami dijadwalkan pukul 11 siang. Begitu di counter saya menanyakan apakah kami bisa check-through walau beda airlines karena waktu untuk pindah pesawat sangat mepet. Eh, si mbak di counter malah jawab begini,"I don’t think you will be able to catch the flight from Bangkok to Jakarta since we're expecting delay today." Eh gimana gimana… delay??? 

Kami masih nggak percaya dan akhirnya hanya bisa check in untuk penerbangan dari Paro ke Bangkok.
Di ruang tunggu kami dapat informasi kalau penerbangan kami benar-benar delay. Saya tanyakan kembali kira-kira jam berapa akan tiba di Bangkok, dan mereka jawab kemungkinan akan tiba pukul 4.30 sore sedangkan penerbangan Garuda ke Jakarta pukul 5 sore. Whoaaaaa. Sibuklah saya menghubungi kolega di Singapura yang membantu untuk perjalanan dinas kami kali ini dan memberi info ke klien kami yang di Bhutan. Mereka pun ikut panik, terlebih kolega saya sedang berada di Shanghai dan dia pun juga lagi kena delay dari Shanghai ke Singapore. Nasiiib.

Setelah bolak balik WA dan telpon ke klien dan rekan saya, akhirnya kami dapat ijin untuk membeli tiket baru lagi untuk hari Senin dari Bangkok ke Jakarta karena sudah tidak terkejar lagi untuk ambil penerbangan malam dan juga ijin untuk menginap kembali di Bangkok. Tapi ada pesan dari klien saya sebelum kami beli tiket yang baru,"Mam, could you please ask the airline staff to make sure they won't cancel today's flight due to the pouring rain?" Iyalah, saya juga khawatir, bandara sudah mulai sepi hanya tinggal penumpang dari pesawat yang kami tunggu dan ini merupakan penerbangan terakhir di hari itu. Kalau kami keburu pesan tiket baru dan ternyata penerbangan hari ini di-cancelled akan semakin berabe ke depannya. Ketika saya tanyakan ke petugas dari Bhutan Airlines di sana, dengan yakin dia menjawab,"No worries Mam, the flight already took off from Kolkata." Thank God

40 menit kemudian, langit cerah, dan pesawat kami mendarat dari sela-sela tebing. Yaaay, memang kami delayed lebih dari 2 jam, tiket hangus tapi akhirnya kami bisa pulang ke Indonesia, walau masih nyangkut di Bangkok. Lumayanlah kami berdua bisa jalan-jalan malam di Bangkok untuk merayakan ulang tahun Radit yang jatuh di hari yang sama. Hehehe.
Tampang lega akhirnya pesawatnya datang..!!!

Can’t handle it!
Saya punya kebiasaan buruk, sering mules dan sakit perut tak kenal waktu yang membuat saya harus cari toilet segera. Saya pernah lari-lari kecil sepanjang Harajuku untuk cari toilet dan ketemunya di stasiun Harajuku. 

Dua tahun sebelumnya, waktu di Hawaii, saya sudah komit dengan Mbak Mimin teman saya untuk jalan pagi sambil menikmati pantai Waikiki di pagi hari. Baru sekitar 3 menit jalan, perut saya mules tidak terkendali. Mau balik hotel kok tanggung amat karena pantainya juga tinggal dekat lagi. Akhirnya saya lari-lari menuju hotel tempat bos saya menginap yang kebetulan jadi satu dengan pertokoan. Hotel sepi, nggak ada orang di area pertokoan dan saya buang hajat dengan nikmat.

Di tahun 2014, saya pernah ngendon di kamar mandi tepat sebelum antri imigrasi di Mesir karena sudah nggak tahan lagi. Begitu juga waktu saya ikutan trip ke London. Teman-teman satu trip saya sibuk belanja pernak pernik Harrods, saya menikmati toilet yang keren di sana. Keluar dari toilet semprot-semprot parfum gratis yang disediakan di dekat wastafel.

Perjalanan dari Puentsheling ke Paro ditempuh dalam waktu kurang lebih 4,5 jam. Perut saya kembung, melilit dan kedinginan. Tiba di hotel sekitar pukul 11 malam, saya langsung melesat ke kamar ketika sudah mendapat kunci dari petugas hotel. Sambil menggigil karena udara dingin, saya langsung nongkrong di toilet padahal si petugas hotel masih sibuk bantuin teman saya di kamar sebelah. Bodo amat ah, yang penting perut lega.

Koper bukan ransel
Untuk traveling saya lebih memilih menggunakan koper. Saya tetap membawa ransel untuk jalan-jalannya tapi barang-barang yang lain tetap masuk koper. Ada cerita apa tentang koper?
Well, tahun 2013, kami baru mendarat di Taipei malam hari dan ketika lagi geret-geret koper, koper Polo jadul saya jebol. Terpaksalah saya harus mampir Shilin Night Market keesokan malamnya untuk beli koper baru. Koper yang saya beli merek Powter, ukuran kabin, harganya sekitar 300 ribu dan masih awet loh sampai sekarang. 

Tahun 2014, saya ikut pilgrim tour dengan Ibu saya. Ibu menggunakan koper Bapak saya dan menjelang hari terakhir tour, pegangan koper Bapak jebol. Akhirnya saya beli koper baru deh di Dubai. Hiks.

Koper kesayangan saya mereknya American Tourister, biasa saja modelnya dan sudah menemani saya kemana-mana. Jadi waktu risletingnya jebol, langsung saya bawa ke reparasi tas dan masih awet sampai sekarang. Untuk dipakai trip terakhir ke Eropa bulan Juni kemarin pun amaaan. Semoga si AT (sebutan dari Olivia untuk koper saya) awet terus sampai bertahun-tahun mendatang.

Nih si AT...

Meet new people
Saat traveling bagian menyenangkannya itu ya ketemu banyak orang. Walau kadang sampai di  akhir pertemuan nggak menyebutkan nama tapi tetap saja ada yang berkesan.
Waktu lagi menunggu kereta untuk ke Cesky Krumlov saya kebetulan ketemu keluarga Indonesia yang juga mau trip ke sana. Akhirnya seharian itu saya jalan-jalan keliling sama mereka. Lumayan ada yang bantuin fotoin saya.

Di Manila, saya kenalan dengan adiknya teman saya dan Mbak Tami yang sedang S2 di sana. Jalan-jalan saya jadi menyenangkan karena ditemani mereka. Bahkan sampai coba makanan enak-enak dan es krim aneh selama di sana.

Waktu saya bengong di depan hostel saya di Krakow karena nggak bisa masuk ke dalam, ada dua pemuda India yang bantuin saya dan ikut ngangkutin si koper yang berat ke lantai 3. Iyeee hostel-hostel di Eropa banyak yang nggak pakai lift. Hiks..

Di Kyoto, saya dan teman-teman disuguhin acara minum teh oleh Ryo, host airbnb kami. Senangnya.
Di perjalanan dinas ke Tokyo dengan Windhy, kami bahkan diantarkan pulang dengan jalan kaki sama Dylan cowok keren yang juga kolega kami di sana. Bahkan kami berdua ditraktir makan sushi yang asli enaaaak banget sampai ikan dan cuminya meleleh di mulut. Disodorin sake berkali-kali, setiap gelas sake saya kosong langsung dituangin sake baru lagi. Eh, tapi yang mabok malah kolega saya hihihi.

Ngebolang sama Olivia ke Hong Kong dan Macau seharusnya kami makan super irit. Ternyata ada vendornya Olivia yang baik banget dan kami ditraktir makan malam sama beliau dua hari berturut-turut, di restoran mahal pulak.

Bahkan saya pernah juga ditraktir makan siang waktu jalan di Penang di awal tahun ini. Saya ketemu dengan keluarga dari Indonesia dan ngobrol, foto bareng akhirnya lanjut dengan makan siang bareng. Lumayan, jadi lebih irit sedikit. Hehehehe
Setelah acara minum teh bersama Ryo
Setelah ditraktir makan sama kolega di Jepang
Nonton beginian pas di Hong Kong setelah ditraktir makan enak
Posenya ya ampyuuun
Ih, kalau ingat semua kejadian di atas jadi ingin traveling lagi. Eh tapi, saat ini saya harus rajin menabung lagi ya, biar bisa halan-halan dan punya cerita lagi.

You Might Also Like

0 komentar